MAKALAH
“TAFSIR AYAT AHKAM INVESTASI”
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah:
Tafsir Ayat - Ayat Ahkam Ekonomi
Dosen Pengampu: Abdul Waid, S.H.I, M.S.I
Disusun Oleh:
Munfingah
(16.21054)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA KEBUMEN
TAHUN 2017/2018
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tak lupa sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menuntun kita kezamanyang terang benderang ini.
Ucapan terimakasih tak lupa penulis
sampaikan kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam terselesaikannya
makalah ini, antara lain:
1. Bapak Abdul
Waid selaku dosen tafsir ayat ahkam ekonomi yang telah memberikan penjelasan
dan petunjuk terkait dengan tema makalah ini.
2. Kedua orang
tua penulis yang telah membantu penulis baik dalam sumbangan secara materi
maupun nonmateri.
3. Teman-teman
penulis serta pihak – pihak terkait yang ikut membantu dalam pengumpulan
buku-buku serta referensi sebagai daftar pustaka.
Sebagai
seorang insan yang beriman, kita diwajibkan untuk menuntut ilmu. Walau usia
sudah renta bukan jadi alasan seseorang
untuk berhenti mencari dan mengamalkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
makalah ini sebagai hasil upaya keras kami yang telah melakukan pembahasan dan
pencermatan berbagai sumber guna mendapatkan pembahasan mengenai hukum dagang.
Meskipun tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan dan kekeliruan.
Terlepas dari kekurangan itu semoga usaha kami ini dapat memberikan manfaat
bagi semua khususnya para mahasiswa IAINU Kebumen dalam proses pembelajaran.
Kebumen 20 November
2017
Penulis
DAFTAR ISI
HalamanJudul...........…………………………………………….………….. 1
Kata Pengantar................................................................................................
2
Daftar
Isi...........................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang........................................................................................
4
B. Rumusan
Masalah...................................................................................
4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Investasi................................................................................
5
B. Ayat – ayat tentang Investasi..................................................................
6
C. Tujuan
Investasi......................................................................................
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah.
Investasi (menabung)
merupakan bagian penting dalam suatu perekonomian. Investasi berarti menunda
pemanfaatan harta yang kita miliki saat ini, mengelola dan mengembangkannya
merupakan hal yang dianjurkan dalam Al-Qur’an. Secara harfiah mengelola harta
itu bisa dilakukan, seperti menyimpan di rumah, mendepositokan di bank,
mengembangkannya melalui bisnis, membelikan property ataupun cara-cara lain
yang halal dan berpotensi besar dapat menghasilkan keuntungan.
Menabung merupakan
bagian dari mempersiapkan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk
menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Para pakar keuangan sering kali mengatakan
bahwa menabung yaitu mengambil di muka sebesar 10%-20% dari pendapatan. Dalam
hal ini dapat kita ambil sebuah kesimpulan bahwa uang yang ditabung bukanlah
sisa dari konsumsi melainkan penyisihan pendapatan secara khusus guna memenuhi
kebutuhan dimasa akan datang serta dalam kondisi keperluan mendesak atau dalam
taksasi dana masuk dalam kebutuhan yang disebut biaya tak terduga.
Melaksanakan dan
menindak lanjuti perintah Allah swt sebaiknya tidak sekedar dilakukan untuk
menggugurkan kewajiban, tetapi benar-benar kita lakukan dengan sebaik mungkin,
termasuk dalam mengelola kekayaan yang telah diamanahkan oleh Allah swt kepada
kita semua.
B. Rumusan
masalah.
1. Apa
itu investasi?
2. Apa
saja ayat-ayat yang berkaitan dengan investasi?
3. Apa
tujuan investasi?
C. Tujuan.
1. Mengetahui
pengertian Investasi
2. Mengetahui
ayat – ayat yang berkaitan dengan investasi
3. Mengetahui
tujuan investasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Investasi (menabung).
Investasi yang
berarti menunda manfaat harta yang kita miliki pada saat ini, atau berarti
menyimpan, mengelola dan mengembangkannya merupakan hal yang dianjurkan dalam
Al-Qur’an, salah stunya ialah dengan menabung. Islam sangat menganjurkan
seseorang untuk menabung, karena dengan menabung berarti seseorang muslim
mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang
sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebagaimana telah
dianjurkan oleh Alloh SWT didalam surah at – Taubah (9) : 105. Untuk bekerja
dan melakukan usaha ekonomi.
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya
serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.[1]
Investasi dalam
ekonomi Islam amat berbeda dengan investasi ekonomi non muslim, perbedaan ini
terjadi terutama karena pengusaha Islam tidak menggunakan tingkat bunga
dalam menghitung investasi. Dimana harta atau uang dinilai oleh
Allah sebagai Qiyaman[2]
Dalam sistem
penghimpunan dana bank syariah, prinsip investasi merupakan satu variabel dari
berbagai prinsip lain seperti prinsip modal dan titipan. Akad yang
sesuai dengan prinsip ini adalah mudharabah yang
tujuannya adalah kerja sama antara pemilik dana dan
pengelola dana.[3]
B.
Ayat – Ayat Tentang Investasi.
1. Q. S Yusuf ayat 46 – 48
يُسُفُ اَيُّهَاالصِّدِّيْقُ
اَفْتِنَافِيْ سَبْعِ بَقَرَتٍ سِمَانٍ يَّأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَا فٌ وَّسَبْعِ
سُنْبُلَتٍ خُضْرٍوَّاُخَرَيَبِسَتٍ لَّعَلِّيْۤ اَرْجِعُ اِلَى النَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُوْنَ﴿٤٦﴾ قاَلَ تَزْرَعُوْنَ
سَبْعَ سِنِىيْنَ دَاَبًافَمَاحَصَدْتُّمْ فَذَرُوْهُ فِيْ سُنْبُلِهِۤ
اِلَّاقَلِيْلًامِّمَّاتَأْكُلُوْنَ﴿٤۷﴾ ثُمَّ يَأْتِيْ
مِنْ بَعْدِذَلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌيَّأْكُلْنَ مَاقَدَّمْتُمْ لَهُنَّ
اِلَّاقَلِيْلًامِّمَّاتُحْصِنُوْنَ﴿٤۸﴾
46. (setelah pelayan itu berjumpa
dengan Yusuf Dia berseru): "Yusuf, Hai orang yang Amat dipercaya,
Terangkanlah kepada Kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang
dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum)
yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang
itu, agar mereka mengetahuinya."
47. Yusuf berkata: "Supaya
kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai
hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.
48. kemudian sesudah itu akan
datang tujuh tahun yang Amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan
untuk menghadapinya (untuk memakan selama tujuh tahun sulit, paceklik),
kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan (sebagai bibit).[4]
v
Tafsir Surat Yusuf
46.– يُوْسُفُ
اَيُّهَاالصِّدِّيْ (yusuf, hai orang yang sangat dipercaya,)
artinya orang yang sangat jujur.
– اَفْتِنَافِيْ سَبْعِ بَقَرَتٍ سِمَانٍ يَّأْكُلُهُنَّ
سَبْعٌ عِجَا فٌ وَّسَبْعِ سُنْبُلَتٍ خُضْرٍوَّاُخَرَيَبِسَتٍ لَّعَلِّيْۤ
اَرْجِعُ اِلَى النَّاسِ
(terangkanlah
kepada kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang
dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum)
yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang
itu) yaitu raja dan pembantu-pembantunya.
- لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُوْنَ (agar
mereka mengetahui) tawil mimpi itu .
47. قاَلَ تَزْرَعُوْنَ (yusuf berkata:”supaya kalian
betanam) artinya tanamlah oleh kalian.
- سَبْعَ سِنِىيْنَ دَاَبًا (tujuh tahun
lamanya sebagaimana biasa) yakni secara terus menerus ; hal ini merupakan
ta’bir dari pada tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk.
- فَمَاحَصَدْتُّمْ فَذَرُوْهُ (maka apa yang kalian panen
hendaklah kalian biarkan) biarkanlah apa yang sudah dipanen tersebut.
- فِيْ سُنْبُلِهِۤ (dibulirnya). tetap ditangkainya.
- اِلَّاقَلِيْلًامِّمَّاتَأْكُلُوْنَ (kecuali
sedikit untuk kalian makan) maka boleh untuk kalian menumbuknya.
48. ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْ بَعْدِذَلِكَ (kemudian sesudah itu akan datang) artinya, sesudah musim-musim
yang subur-subur itu.
- سَبْعٌ شِدَادٌ (tujuh tahun yang amat sulit) kekeringan dan masa sulit; hal ini
merupakan ta’bir dari pada tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus.
- يَّأْكُلْنَ مَاقَدَّمْتُمْ لَهُنَّ (yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya) akan
memakan semua biji-bijian dan hasil panen yang selama tuju tahun yang subur
itu, maksud: kalian memakannya selama tuju tahun paceklik itu.
– اِلَّاقَلِيْلًامِّمَّاتُحْصِنُوْنَ (kecuali sedikit dari yang kalian simpan) artinya simpanan yang
sedikit itu jadikan sebagai bibit.
Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk tidak mengkonsumsi semua
kekayaan yang kita miliki pada saat kita telah mendapatkannya, tetapi hendaknya
sebagian kekayaaan yang kita dapatkan itu juga kita tangguhkan pemanfaatannya
untuk keperluan yang akan datang. Dengan bahasa lain, ayat ini mengajarkan
kepada kita untuk mengelola dan mengembangkan
kekayaan (berinfestasi) demi untuk mempersiapkan masa depan.[5]
2.
Q.S Al-Hasyr (59) :18
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ
لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (١٨
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
v
Tafsir surah Al-Hasyr 18.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا = Hai orang-orang yang beriman;
(Hanya untuk umat Islam pengikut Nabi Muhammad SAW)
اتَّقُوا اللَّهَ = bertakwalah
kepada Allah
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ = dan hendaklah setiap
diri memperhatikan
مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ = apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
(Hal ini bisa diartikan juga bahwa kita diperintahkan untuk selalu
melakukan introspeksi dan perbaikan guna mencapai masa depan yang lebih baik.
Melihat masa lalu, yakni untuk dijadikan pelajaran bagi masa depan. Atau juga
menjadikan pelajaran masa lalu sebuah investasi besar untuk masa depan).
وَاتَّقُوا اللَّهَ = dan
bertakwalah kepada Allah
إِنَّ اللَّهَ = sesungguhnya
Allah
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ = Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (memberikan pengertian bahwa baik dan
buruknya perbuatan kita tidak akan pernah lepas dari pengawasan Sang
Khaliq (Allah), kapan pun dan di mana pun).
Dalam
mengupas ayat ini, berpedoman kepada tiga kitab tafsir terkemuka, yakni
kitab Tafsîrat-Thabariy, Tafsîr Ibnu Katsîr dan Tafsîr
al-Qurthubiy. Ayat ini secara eksplisit menyebutkan perintah “bertaqwa” kepada
Allah (ittaqûLlâha). Disebutkan dalam Tafsîr ibnu Katsîr bahwa taqwa
sendiri diaplikasikan dalam dua hal, menepati aturan Allah dan menjauhkan diri
dari laranganNya. Bandingkan dengan penjelasan al-Qurthubiy dalam kitab
tafsirnyaAl-Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân, yang menyatakan bahwa perintah taqwa (pada
rangkaian ayat ini) bermakna: “Bertaqwalah pada semua perintah dan larangannya,
dengan cara melaksanakan farâidh-Nya (kewajiban-kewajiban) yang dibebankan
oleh Allah kepada diri kita — sebagai orang yang beriman — dan
menjauhi ma’âshî-Nya(larangan-larangan) Allah, yang secara keseluruhan
harus kita tinggalkan dalam seluruh aspek kehidupan kita.
Waltanzhur
nafsun mâ qaddamatl ighadin. Dan hendaklah seseorang melihat apa yang telah ia
perbuat (di masa lalu) untuk hari esok. Dalam Tafsîr
at-Thabariy dijabarkan: “Dan hendaklah seseorang melihat apa yang telah
diperbuatnya untuk hari Kiamat. Apakah kebajikan yang akan menyelamatkannya,
atau kejahatan yang akan menjerumuskannya?
Kata-kata
‘ghad’ sendiri dalam bahasa Arab berarti “besok”. Beberapa mufassir (pakar
tafsir) menyatakan dalam beberapa riwayat: Allah “senantiasa mendekatkan hari
kiamat hingga menjadikannya seakan terjadi besok, dan ‘besok’ adalah hari
kiamat”.
(WattaqûLlâh) Dan
bertaqwalah kepada Allah. Kalimat kedua (wattaqûLlâh) sama dengan pernyataan
Allah dalam kalimat pertama ayat ini. Perintah bertaqwa disebutkan dua kali
sebagai sebuah bentuk penekanan. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya
ketaqwaan kita kepada Allah.[6]
3. Q. S
surat Al-Luqman ayat 34
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ
وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا
تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (34)
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan
tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang
ada di dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
v Tafsir surat Al-luqman 34
ِنَّ اللَّهَ
عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ= (Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah
pengetahuan tentang hari kiamat) maksud dari ayat ini adalah hanya Alloh
yang mengetahui tentang hari kiamat tidak ada selain alloh yang mengetahui kapan hari itu terjadi bahkan
seorang Rosullulloh pun tidak mengetahuinya.
وَمَا
تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا= (Dan tiada seorang pun yang dapat
mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok) Dalam
Ayat ini, Allah secara tegas menyatakan bahwa tiada seorang-pun yang dapat
mengetahui apa yang akan diperbuat dan diusahakannya, serta peristiwa yang akan
terjadi pada esok hari.
وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ (Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di
bumi mana dia akan mati).
Yakni di negerinyakah atau di negeri lain di antara negeri-negeri yang ada;
tiada seorang pun yang mengetahui hal ini.
Yang disebutkan oleh ayat ini merupakan
kunci-kunci kegaiban yang hanya Allah sendirilah yang mengetahuinya. Maka tiada
seorang pun yang dapat mengetahuinya kecuali setelah ia diberi tahu oleh Allah
Swt. tentangnya. Pengetahuan mengenai saat hari kiamat tiada seorang pun dari
kalangan nabi yang diutus atau malaikat yang terdekat mengetahuinya. Dan tiada
seorang pun yang mengetahui apa yang akan diusahakannya besok di dunianya dan
di akhiratnya.[7]
Dalam
Ayat ini, Allah secara tegas menyatakan bahwa tiada seorang-pun yang dapat
mengetahui apa yang akan diperbuat dan diusahakannya, serta peristiwa yang akan
terjadi pada esok hari. Sehingga dengan ajaran tersebut seluruh manusia
diperintahkan melakukan investasi (invest sebagai kata dasar
dari investment memiliki arti menanam) sebagai bekal dunia dan
akhirat. Karena pada dasarnya manusia tidak mengetahui apa yang akan
diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, Namun demikian mereka
diwajibkan berusaha[8].
C.
Tujuan Investasi.
1. Untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan mendatang. Sesorang
uyang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidup dari waktu ke
waktu, atau bagaimana berusaha mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada
sekarang agar tidak berkurang dimasa yang akan mendatang.
2. Dengan
melakukan investasi dalam pemilihan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat
menghindarkan diri agar kekayaan atau hartanya tidak menurun nilainya karena
inflasi.[9]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Ø Investasi yang
berarti menunda manfaat harta yang kita miliki pada saat ini, atau berarti
menyimpan, mengelola dan mengembangkannya merupakan hal yang dianjurkan dalam
Al-Qur’an, salah stunya ialah dengan menabung.
Ø Ayat – Ayat Tentang Investasi.
-
Q. S
Yusuf ayat 46 – 48, Ayat ini mengajarkan kepada
kita untuk tidak mengkonsumsi semua kekayaan yang kita miliki pada saat kita
telah mendapatkannya, tetapi hendaknya sebagian kekayaaan yang kita dapatkan
itu juga kita tangguhkan pemanfaatannya untuk keperluan yang lebih penting. Ayat
ini mengajarkan kepada kita untuk mengelola dan mengembangkan
kekayaan (berinfestasi) demi untuk mempersiapkan masa depan.
-
Q.S
Al-Hasyr (59) :18, “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
-
Q. S surat Al-Luqman ayat 34, Dalam Ayat ini, Allah secara tegas
menyatakan bahwa tiada seorang-pun yang dapat mengetahui apa yang akan
diperbuat dan diusahakannya, serta peristiwa yang akan terjadi pada esok hari.
Sehingga dengan ajaran tersebut seluruh manusia diperintahkan melakukan
investasi sebagai bekal dunia dan akhirat.
Ø
Tujuan Investasi.
-
Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan
mendatang.
-
Dengan melakukan investasi dapat menghindarkan diri agar kekayaan
atau hartanya tidak menurun nilainya karena inflasi.
DAFTAR
PUSTAKA
ü Amin Suma Muhammad, Tafsir Ayat Ekonomi ( Teks, terjemah dan
tafsir), Jakarta : AMZAH.2013.
ü Metwally, M.M. , Teori dan Model Ekonomi
Islam, Bangkit Daya Insana, 1995.
ü S Burhanuddin. Pasar Modal Syariah, Yogyakarta : UII Press
Yogyakarta, 2009
ü Shihab, M.Quraish, Wawasan Al - Qur’an
: Tafsir Maudhu’i Atas berbagai Persoalan Umat, Mizan, 1996
ü Suwiknyo Dwi, (kompilasi tafsir) Ayat – ayat Ekonomi Islam,
Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR. 2010.
ü http://isnaniayuniaa.blogspot.co.id/2015/09/kajian-ayat-dan-hadits-ekonomi.html?m=1 diakses pada 23 November jam 00.15
ü http://www.ibnukatsironline.com/2015/09/tafsir-surat-luqman-ayat-16-19_8.html diakses pada 23 November jam 00.15
ü http://myadrees.blogspot.co.id/2014/11/investasi-menabung-dan-pembentukan-bank.html?m=1 diakses pada 23 November jam 00.15
ü http://al-qurandantafsir.blogspot.co.id/2010/11/investasi-menurut-perspektif-al-quran.html, diakses
pada 23 November jam 00.15
ü http//:investafiena.blogspot.com/2009/04/urgensi-investasi-dalam-islam.html
[1] Muhammad Amin
Suma, Tafsir Ayat Ekonomi ( Teks, terjemah dan tafsir)...hlm.60
[2]
M.
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an :Tafsir Maudhu’i
Atas Pelbagai Persoalan Umat , (Mizan, 1996), Cet. ke-2,
hlm.403
[3] M.M. Mertwally, Teori dan Model Ekonomi Islam,
Cet. ke-1,hlm.70-71
[6] http://myadrees.blogspot.co.id/2014/11/investasi-menabung-dan-pembentukan-bank.html?m=1
[8]
http//:investafiena.blogspot.com/2009/04/urgensi-investasi-dalam-islam.html
[9] Burhanuddin S. Pasar
Modal Syariah.. hlm.43-44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar